ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui proses pembuatan gula dari tebu pada PG X. Dari hasul penelitian
diketahui bahwa Pada dasarnya peoses pembuatan gula di PG X adalah melalui 6
tahap yaitu: Stasiun penggilingan, Stasiun pemurnian nira, Stasiun penguapan,
Stasiun kristalisasi, Stasiun pemisahan, Stasiun penyelesaian. Sedangkan
Utilitas yang digunakan ada 4 yaitu: Air, Uap, Listrik, Udara
PENDAHULUAN
Gula merupakan salah satu kebutuhan
yang penting bagi kita, karena hampir setiap hari kita tidak pernah terlepas
dari mengkonsumsi gula. Tetapi banyak sekali dari kita yang tidak mengetahui
dari apakah bahan baku gula serta bagaimanakah proses pembuatan gula. Disini
peneliti ingin membahas tentang proses pembuatan gula dari tebu di PG X.
Proses yang digunakan dalah proses
sulfitasi alkalis yang menghasilkan gula jenis SHS IA. Pengolahan tebu menjadi
kristal melalui beberapa stasiun. Di pembahasan akan dibahas secara lebih jelas
kegiatan dari masing-masing stasiun dan proses dari awal sampai akhirnya
menjadi gula yang siap untuk kita konsumsi.
TINJAUAN PUSTAKA
Gula
Dalam kehidupan sehari-hari orang
telah mengenal gula sebagai bahan makanan pokok, baik untuk minuman ataupun
makanan. Sebagai sumerr utama dari gula adalah dari berbagai macam
tanaman, yang dapat digolongkan sebagai penghasil gula antara lain: tebu, beet,
kelapa aren (enau). Untuk daerah tropis tebu merupakan tanaman utama sebagai
penghasil gula, dismping kelapa dan enau. Tebu mengandung hidrokarbon
yang terjadi dalam tanaman karena proses fotosintesa. Karbohidrat-karbohidrat
ini terdiri dari monosakarida (glukosa, fruktosa), disakarida (sakharosa), dan
polisakharida (selulosa).
Dalam fotosintesa terjadi reaksi
antara CO2 dan H2O dibantu tenaga sinar matahari dan zat
hijau daun (khlorofil) menghasilkan akrbohidrat monosakarida.
Reaksi 6CO2 + 6H2O
+ kalori ——à C6H12O6 + 6O2
Contoh hasil analisa batang tebu
adalah sebagai berikut :
Monosakarida ……………….……………………: 0,5 –
1,50 %
Sakharosa (disakarida) ……………….……………:
0,5 – 1,50 %
Zat organic (abu) …………………………….……:
11,0 – 19,00 %
Asam-asam organic …………………………..……:
0,15 %
Bahan lain (blenok, lilin, zat
warna, ikatan N) …….: 12,00 %
Air …………………………………………………: 65,0-75,00
%
Susunan tebu ini tidak sama utnuk
semua tebu, tergantung pada keadaan tanah iklim, pemeliharaan tanaman dan
macam tebu. Sakharosa merupakan komponen yang akan dibuat menjadi gula,
sehingga senyawa inilah yang akan diambil sebanya-banyaknya dari tebu utnuk
dipisahkan dari bagian-bagian lain dan kristalkan menjadi gula.
Sakharosa adalah karbohidrat yang
mempunyai rumus molekul C12H22O11, disakharida
dan satu molekul fruktosa.
Sifat-sifat fisik sakharosa :
Rumus molekul : C12H22O11
Bentuk kristal dan tak berwarna
Mudah larus dalam air dan
tidak larut dalam eter. Berat jenis : 1,6
Titik lebur : 185 0C
Dalam suasana asam mudah
terhidrolisa menjadi gula reduksi, peristiwa ini disebut inverse.
Reaksi : C12H22O11
+ H2O ——— C6H12P6 + C6H12P6
Optis aktif (memutar bidang
polariasasi kekanan) (Respati, 1980)
Proses
Pembuatan Gula
Pembuatan gula dari tebu adalah
proses pemisahan sakharosa yang terdapat dalam batang tebu dari zat-zat lain
seperti air, zat organic, sabut. Pemisahan dilakukan dengan jalan tebu digiling
dalam beberapa mesin penggiling sehingga diperoleh cairan yang disebut nira.
Nira yang diperoleh dari mesin
penggiling dibersihkan dari zat-zat bukan gula dengan pemanasan dan penambahan
zat kimia. Sedangkan ampas digunakan bahan ketel uap.
- 1. Pemurnian Nira
Pelaksanaan pemurnian dalam
pembuatan gula dibedakan menjadi 3 macam yaitu:
- Proses Defekasi
Pemurnian cara Defekasi adalah car
pemurnian yang paling sederhana, bahan pembantu hanya berupa kapur tohor. Kapur
tohor hanya digunakan untuk menetralkan asam-asam yang terdapat dalam nira.
Nira yang telah diperoleh dari mesin penggiling diberi kapur sampai diperoleh
harga pH sedikit alkalis (pH 7,2). Nira yang telah diberi kapur kemudian
dipanaskan sampai mendidih. Endapan yang terjadi dipisahkan
- Proses Sulfitasi
Pada pemurnian cara sulfitasi
pemberian kapur berlebihan. Kelebihan kapur ini dinetralkan kembali dengan gas
sulfite. Penambahan gas SO2 menyebabkan : SO2 bergabung
dengan CaO membentuk CaSO3 yang mengendap. SO2
memperlambat reaksi antara asam amino dan gula reduksi yang dapat mengakibatkan
terbentuknya zat warna gelap. SO2 dalam larutan asam dapat mereduksi
ion ferrri sehingga menurunkan efek oksidasi.
Pelaksanaan proses sulfitasi adalah
sebagai berikut:
- Sulfitasi dingin
Nira mentah disulfitasi samapai pH
3,8 kemudian diberi kapur sampai pH 7. Setelah itu dipanaskan sampai mendidih
dan kotorannya diendapkan
- Sulfitasi panas
Pada proses sulfitasi terbentuk
garam CaSO3 yang lebih mudah larut dalam keadaan dingin, sehingga
waktu dipanaskan akan terjadi endapan pada pipa pemanas. Untuk mencegah hal ini
pelaksanaan proses sulfitasi dimodifikasi sebagai berikut :
Dimulai dengan nira mentah yang
dipanaskan sampai 70-80 0C, disulfitasi, deberi kapur,
dipanaskan sampai mendidih dan akhirnya diendapkan. Pada suhu kira-kira 750C
kelarutan CaSO3 paling kecil.
- Pengapuran sebagian dan sulfitasi
Bila dicara sulfitasi panas tidak
dapat memberikan hasil yang baik maka dipakai cara modifikasi berikut :
pengapuran pertama sampai pH 8,0 pemanasan sampai 50-700C, sulfitasi
samapai pH 5,1-5,3 pengapuran kedua sampai pH 7-7,2 dilanjutkan dengan
pemanasan dengan pemanasan sampai mendidih dan pengendapan. (E.Hugoit, 1960).
Pelaksanaan sulfitasi dipanadang
dari sudut kimia dibagi menjadi 3 yaitu :
- Sulfitasi Asam
Nira mentah disulfitasi dengan SO2
sehingga dicapai pH nira 3,2. Sesudah sulfitasi nira diberi larutan kapur
sehingga pH 7,0-7,3.
- Sulfitasi Alkalis
Pemberian larutan kapur sehingga pH
nira 10,5 dan sesudah itu diberi SO2 pH nira menjadi 7,0-7,3
- Sulfitasi Netral
Pemberian larutan kapur sehingga pH
nira 8,5 dan ditambah gas SO2 pH nira menjadi 7,0-7,3. (Halim K,
1973)
- Proses Karbonatasi
- Proses Karbonat
Cara ini merupakan yang paling baik
disbanding dengan keduacara diatas. Sebagai bahan pembantu untuk pemurnian nira
adalah susu kapus dan gas CO2. Pemberian susu kapur berlebihan kemudian
ditambah gas CO2 yang berguna utnuk menetralkan kelebihan susu sehingga
kotoran-kotoran yang terdapat dalam nira akan diikat.
Reaksi : Ca(OH)2 ——- CaCO3
+ H2O Karena terbentuknya endapan CaCO3 banya maka
endapan dapat dengan mudah dipisahkan. (E. Hugot, 1960)
- 2. Penguapan
Nira yang telah mengalami proses
pemurnian masih mengandung air, air ini harus dipisahkan dengan menggunakan
alat penguap. Penguapan adalah suatu proses menghilangkan zat pelarut dari
dalam larutan dengan menggunakan panas. Zat pelarut dalam proses penguapan nira
adalah air. Bila nira dipanaskan terjadi penguapan molekul air. Akibat
penguapan, nia akan menajadi kental. Sumber panas yang digunakan adalah
uap panas. Pada pemakaian uap panas terjadilah peristiwa pengembunan. Sistem
penguapan yang dipakai perusahaan gula adalah penguapan efek banyak. (Soejardi,
1975)
- 3. Pengkristalan
Proses pengkristalan adalah salah
satu langkah dalam rangkaian proses di pabrik gula dimana akan dikerjakan
pengkristalan gula dari larutan yang mengandung gula. Dalam larutan encer jarak
antara molekul satu dengan yang lain masih cukup besar. Pada proses penguapan
jarak antara masing-masing molekul dalam larutan tersebut saling mendekat. Apabila
jaraknya sudah cukup dekat masing-masing molekul dapat saling tarik menarik.
Apbila pada saat itu disekitarnya terdapat skharosa yang menempel, keadaan ini
disebut sebagai larutan jenuh.
Pada tahap selanjutanya, bila
kepekatan naik maka molekul-molekul dalam larutan akan dapat saling bergabung
dan membentuk rantai-rantai molekul sakharosa. Sedangkan pada pemekatan lebih
tinggi maka rantai-rantai sakharosa tersebut akan dapat saling bergabung pula
dan membentuk suatu kerangka atau pola kristal sakharosa.
- 4. Pengeringan
Gula yang keluar dari alat pemutar
ditampung dalam alat getar (talang goyang). Talang goyang ini selain berfungsi
sebagai alat pengengkut, juga sebagai lat pengering gula. Pengeringan ini
menggunakan udara yang dihembuskan dari bawah, hal ini dimaksudkan untuk
mengurangi kadar dimaksudkan untuk mengurangi kadar air dalam gula. Setelah
pengeringan gla dimasukkan dalam karung dan disimpan digudang.
HASIL
DAN PEMBAHASAN
Pembuatan gula di PGX terdiri dari
beberapa stasiun yaitu :
- 1. Stasiun Penggilingan
Tugas dari stasiun ini adalah
mengambil nira dari batang tebu sebanyak mungkin. Tebu-tebu yang telah
ditebang diangkut dengan truk dan lori-lori. Tebu yang masuk ditimbang beratnya
kemudian diangkut dengan lori masuk ke stasiun gilingan. Tebu diangkat dengan
pesawat pengangkat tebu yang ebrkapsitas 10 ton. Selanjutnya
diletakan diatas meja tebu utnuk diumpankan kegilingan melalui krepyak
tebu.
Dalam tahap pertama tebu yang akan
diperah untuk diambil niranya masuk ke crusher yang terdiri dari 2 buah rol
crusher. Fungsi dari crusher adalah untuk emnghancurkan tebu menjadi
potongan-potongan yang panjangya kira-kira 107,3 mmmm. Crusher tidak
berfungsi sebagai alah pemerah, namun demikian nira sudah ada yang keluar ke
mesin penggiling untuk dipers, diambil niranya..
Mesin penggiling di PG X ada 4 unit,
setiap unit terdiri 3 buah rol. Rol bagian atas saja yang digerakkan dan diberi
tekanan kira-kira 300 kg/cm@, sedangkan rol yang dibawah akan berputar
dengan sendirinya karena adanya aluralir dari setiap rol belakang.
Tebu yang masuk ke gilingan I
diperah hingga mendapatkan hasil nira yang sebanyak-banyaknya, dengan tekanan
300 kg/cm2. Hasil dari gilingan I adalah amapsa I dan nira I. Nira I ditampung,
lewat saluran nira bertemu dengan nira crusher. Kedua nira ini disebut nira
hasil perah pertama.
Ampas I dibawa ke gilingan II yang
bertekanan 300 kg/cm2, dengan alat pengangkutan “drag conveyer” untuk diperah
lagi niranya. Untuk mendapatkan nira yang lebih banyak maka saat ampas I menuju
gilingan II ditambah nira dari gilingan III. Hasil dari gilingan II ini adalah
ampas II dan nira II. Nira dari crusher, nila gilingan I dan nira gilingan II
disebut nira mentah. Niramentah dipompa ke bak penampung dan ampas II diperah
lagi digilingan III untuk diambil niranya.
Ampas II diangkut ke gilingan II
yang bertekanan 300 kg/cm2, untuk diperah lagi krena masih ada
niranya. Pada gilingan III ini ditambah air imbibisi sebanya
kira-kira 22% berat tebu yang akan digiling. Fungsi penambahan air imbibisi
adalah utnuk mendapatkan prosentase pemerahan yang tinggi dan menekan
kadar sakharosa yang ikut oleh ampas gilingan IV. Hasil dari gilingan III
adalah ampas III dan nira III, dimana nira III dialirkan lewat saluran yang
digunakan untuk nira imbibisi pada ampas I yang menuju ke gilingan II.
Ampas III diangkut kegilingan IV
yang bertekanan 300 kg/cm2. Hasil dari gilingan IV adalah ampas IV dan nira IV,
dimana nira IV lewat saluran sebagai nira imbibisi pada ampas II yang menuju
gilingan III. Sedangkan ampas IV diangkut dengna “drag conveyer” menuju ke
tempat penyimpanan, yang nantinya ampas digunakan sebagai bahan baker ketel
uap.
- 2. Stasiun Pemurnian Nira
Pada stasiun ini nira emntah
dibersihkan dengan cara menambah susu kapu Ca (OH)2 dana kemudian dialiri
gas SO2. Setelah itu dilakukan pengendapan secara terus menerus.
Proses ini dikenal dengan nama sulfitasi alkalis. Stasiun pemurnian nira dari
beberapa bagian yaitu :
- Pemanas I (untuk nira mentah)
Nira mentah dari stasiun gilingan
yang telah disaring terlebih dahulu dan telah mengalami proses
penimbangan dan penampungan dipompa kealat pemanas I. Pemanas yang ada di PG X
berbentuk tegak, hal ini dimaksudkan untuk effisiensi tempat dan juga
untuk memudahkan pembersihan apabila ada kerak yang menempel didalam pipa
pemanas tersebut. Nira yang keluar dari pemanas I pada temperature kira-kira 720C,
tujuan pemanasan ini adlah untuk mempercepat reaksi pada reactor dan juga untuk
mematikan jasad renik (mikrobia). Bahan pemanas yang digunakan adalah uap bekas
atau uap nira dari stasiun penguapan dan uap yang dihasilkan dari ketel uap.
- Pembuatan susu kapur
Batu kapur dibakar dalam tobong pada
temperature 9000C dan tekanan 1 atmosfer. Reaksi CaCO3
——— CaCO + CO2. Gas CO2 dibuang sedang CaO yang diperoleh
ditambah air ditangki pencampur. Setelah tercampur disaring utnuk
memisahkan kotorannya. Reaksi kapur dengan air :
CaO + H2O ——– Ca(OH)2.
Setelah itu Ca (OH)2 dimasukkan kedalam tangki yang berpenganduk
supaya campurannya homogen. Kekentalan susu kapur kira-kira 80Be.
- Pembuatan gas SO2
Belerang padat dimasukkan dalam
tobong belerang, kemudian dibakar. Belerang akan mencair kemudian belerang cair
akan menjadi belerang uap karena panasnya. Steusnya dialiri udara
sehingga terbentuk gas SO2. Reaksinya : S + O2 ———– SO2
+ panas. Gas SO2 yang terjadi segera dialirkan melalui pipa
yang dibagian luarnya diberi air sebagai pendingin. Kemudian dialirkan ke
sublimator terakhir dialirkan ke peti sulfitasi
- Reakto (Sulfitator)
Nira yang telah melalui panas
dimasukkan ke “defecator” untuk direaksikan dengan susu kapur Ca(OH)2.
Proses ini berlansung secara terus menerus dan tujuannya agar pH larutan
kira-kira 9,5. Kemudian larutan dimasukkan ke reactor, pada reactor ini
dialirkan gas SO2 secara terus menerus dan terjadi reaksi sulfitasi.
Tujuan penambahan gas SO2 ini adalah untuk pembentukan endapan CaSO3
dan dengan ini terjadi pembersihan kotoran.
Reaksi : H2O SO2
————- H2SO3
H2SO3 + Ca(OH)2
———– CaSO3 + 2H2O
- Peanas II (untuk nira kasar)
Setelah keluar dari reactor, nira
kasar dipanaskan dalam pemanas II dengan menggunakan uap, sampai nira mempunyai
suhu kira-kira 1000C, hal ini dimaksudkan untuk :
Menyempurnakan reaksi sulfitasi.
Memperbanyak dan memeprcepat terbentuknya endapan CaSO3.
Mempercepat proses pengeluaran
gas-gas terembunkan yang ada dalam nira. Dari pemanasan II nira kasar dialirkan
ke “preloc tower” (menara flokulasi). Menara flokulasi adalah suatu alat yang
berfungsi membebaskan gelembung-gelembung udara yang terdapat dalam nira. Pada
menara ini ditambahkan zat flokulant yang bertujuan agara dapat reaksi
pengendapan dapat berlansung dengan baik.
- Pengendapan
Tugas dari peti pengendapan adalah
untuk mengendapkan kotoran-kotoran yang terjadi selama proses sulfitasi,
sehingga dihasilkajn nira jernih dan nira kotor. Nira jernih dialirkan ke
tangki penampung nira ernih, sedangkan endapannya (blotong) dibuang
sebagai limbah.
- Pemanas III
Nira jernih dari tangki penampung
dialirkan ke pemanas III sampai mencapai suhu 1100C. Tujuan
pemanasan ini untuk mendekati titik didih nira, sehingga pada evaporator nira
sudah siap mendidih dan proses penguapan segera terlaksana.
3. Stasiun Penguapan Nira
Setelah nira mentah mengalami proses
pemurnian, selanjutnya dialirkan ke stasiun penguapan. Tujuan dari stasiun
penguapan ini adalah untuk membuat nira encer (12,5°Brik) menjadi kental
(60°Brik) dengan menggunakn beberapa badan penguapan yang bekerja secara
seri. Untuk menghindari terjadinya karamelisasi karena suhu tinggi serta
menghemat kalori, maka proses penguapan dilaksanakan pada suhu dibawah titik
didihnya (tekanan vakum).
Di PG X menggunakan system penguapan
“quadrule effect” yang terdiri dari 5 badan penguapan. Drai 5 badan penguapan
yang beroperasi hanya 4 badan, sebuan badan penguapan diistirahatkan untuk
dibersihkan secara bergantian, badan II dapat ebrfungsi sebagai badan I
dan badan IV dapat berfungsi sebagai badan terakhir.
Badan pemanas yang dipakai pada
stasiun ini berasal dari uap air bekas dan bila perlu ditambah dari uap baru
dari ketel. Uap dari badan penguap I dipakai untuk menaskan nira pada penguapan
Ii dan sebagian disadap untuk bahan penguapan pemanas I. Uap dari nira dari
badan penuapan II dipakai untuk memanaskan nira pada penguapan III. Uap nira dari
badan penguap Iii dipakai untik memanaskan nira pada badan penguapan IV,
sedangkan uap nira yang keluar dari badan penguap IV diembunkan dalam
“barometric kondensor”.
Air embun yang berasal dari badan
penguap I,II digunakan untuk air isian ketel dan air embun dari badan penguap
III,IV digunakan untuk air imbibisi, air cucian filter press, air cucian
puteran. Aliran nira dari setiap badan penguapan akan mengalir dengan
sendirinya dikarenakan adanya perbedaan tekanan pada setiap badan penguapan.
Nira kental yang siap dari badan
penguap IV ditampung dalam tangki kemudial dipompa kesulfitator. Disulfitator
ini di tambahkan gas SO2, yang tujuannya untuk memucatkan zat-zat
warna dalam nira yang semula berwarna coklat tau akan menjari lebih jernih dan
disini PH diharapkan kira-kira 5,5. Nira kental yang keluar dari sulfitator ini
masih mengandung belerang, maka dialirkan dulu ke tangki JSP (Juice Syrup
Purification) untuk diberi floculant sehingga timbul kotoran-kotoran yang
berlangsung secara kontinyu, nira bersihnya dipompa ke tangki penampungan nira
kental dan siap untuk dimasak. Sedangkan kotoran-kotoran yang mengapung (buih)
dialirkan ke stasiun pemurnian.
4. Stasuin kristalisasi Nira
Proses kristalisasi ini dipabrik
gula lebih dikenal dengan nama proses pemasakan. Nira kental yang keluar dari
stasiun penguapan mempunyal kekentalan kira-kira 60°rik, didalam stasiun
kristalisasi diuapkan lagi sampai tinbul Kristal gula. Pengambilan gula dari
nira kental tidak dapat hanya satu kal, tetapi harus dilakukan dalam beberapa
tingkat. Pada PG X proses pengkristalan dengan system 3 tingkat. Hal ini
diharapkan agar didapat produk SHSIA. Untuk mencegah karamelisasi sakharosa
maka apda waktu memasak dilaksanakan pada tekanan vakum kira-kira 65 cmHG,
sehingga pada pemanasan kira-kira 60°C diharapkan nira kental dalam pan pemasak
sudah mendidih. Di PG X ada6 buah pan masakan A yang dipakai untuk memasak nira
yang HK-nya (harga kemurnian) tinggi, masing-masing V)-nya 104 m2 dan volumenya
240 HL. Sebuah pan masakan B yang V)-nya 190 m2dan volumenya 250 HL.
Dua buah pan masakan D yang VO-nya berturut-turut 125 m2, 200m2
dan volumenya 300 HL, 350 HL.
Pada pan masakan A ini diharapkan
dapat mengkristalkan sakharosa yang terkandung dalam nira kental
sebanyak-banyaknya. Nira kental dar penampungan nira kentali pompa ke pan
masakan A, disini nira kental dipanaskan sampai mencapai kekentalan tertentu.
Apabila keadaan ini telah tercapai ekkentalan baru “einwurf”(bibit)
ditambahkan secukupnya kira-kira 30 HL. Dengan adanya penambahan bibit ini akan
timbul butir-butir Kristal, apabila jarak antara butir Kristal yang satu dengan
yang lain cukup dekat atau rapat maka ditambahkan klare SHS sehingga masakan
menjadi encer kembali dengan harapan memberikan kesampatan pada Kristal untuk
tumbuh lebih besar. Apabila pembentukan Kristal sudah sesuai dengan volume
masakan yang dibutuhkan melalui palung-palung pendingin dan selanjutnya dipompa
ke puteran A.
Pada pan masakan B ini yang
dimasukan adalah stroop A dan bibit Kristal. Proses pemasakan pada pan masakan
B ini sama dengan proses pemasakan pada pan masakan A. Setelah melalui
pengontrolan dan Kristal sudah banyak maka hasil masakan tersebut diturunkan ke
palung pendingin, kemudian dipompa ke centrifuge. Dari proses ini dihasilkan
gula C2 (digunakan sebagai bibit) dan stroop B.
Pada pan amsakan D dimasukan stroop
B dan klare D(stroop hasil pemutaran D2 yang kandungan gulanya
rendah). Hasil masakan diturunkan ke palung pendingin. Untuk pan masakan
D karena menghasilkan gula D2 dan tetes, maka pada palung
pendingin yang tujuannya supaya terjadi pristiwa pengkristalan kembali dan
diharapkan kandungan gula dalam tetes kecil.
5. Stasiun Pemisahan
Hasil dari stasiun kristalisasi
merupakan suatu campuran yang terdiri dari larutan dan Kristal sakharosa, sehingga
perlu dipisahkan. Seteleh didinginkan kemudian dipisahkan antara Kristal dan
larutan. Pemisahan dilakukan dalam “centrifuge” yang bekerja menggunakan gaya
sentrifugal sebagai kekuatan pendorong.
Di PG X digunakan system putaran
berganda yaitu putaran depan dan putaran belakang. Putaran depan terdiri dari
putaran A,B dan D1.Sedangkan putaran belakang terdiri dari putaran
SHS dan D2.
Masquite (Kristal sakharosa dan
larutannya) dari maskan setelah dipompa ke putaran A. Diputaran A ini akan
dipisahkan gula A dan stroop A. Stroop A digunakan sebagai bahan dasar pada pan
masakan B, sedangkan gula A dipompa ke putaran SHS. Diputaran SHS ini
ditambakan uap yang tujuannya membantu proses pengeringan. Pada putaran SHS ini
akan dipisahkan gula SHS sebagai produk dan klare SHS dialirkan ke pan masakan
A.
Pada putaran B dihasilkan stroop B
yang digunakan sebagai bahan dasar pada pan masakan B dan D, dan gula B-nya
dipompa ke putaran SHS. Pada putaran SHS ini dihasilkan klare SHS yang pada
masakan A sebagai bahan campuran masakan dan gula B digunakan sebagai bibit
(einwurf).
Pada putran D1 dihasilkan
gula D dan srtoop yang disebut tetes. Gula D dipompa ke putaran belakang D2,sedangkan
tetesnya merupakan hasil samping karena kadar gulanya sudah cukup rendah.
Pada putaran D2 ini
dipisahkan gula D2 selanjutnya dilebur ekmbali dan dialirkan
ke pan masakan D sebagai bahan campuran pada masakan D.
6. Stasiun Penyelesaian
Stasiun penyelesaian berfungsi
menyelesaikan hasil gula yang telah mkristal. Pada bagian ini Kristal-kristal
gula hasil dari putaran SHS dilewatkan pada telang goyang.
Pada talang goyang ini gula-gula
yang menggumpal akan pecah menjadi butiran-butiran gula, pada saat
butiran-butiran gula ini berjalan sepanjang talang dihembuskan udara agar
menjadi kering dan dingin. Udara dihembuskan dengan mengunakan blower. Untuk
mengangkut Kristal-kristal gula ke talang saringan digunakan “bucket elevator”.
Pada talang saringan ini
Kristal-kristal gula dipisahkan, Kristal gula yang tidak memenuhi ukuran
standart dilebur dan diproses kembali sedangkan butiran gula yang standart
diambil sebagai produk. Gula yang dihasilkan sebagai produk pada PG X adalah
jenis SHS IA.
Utilitas
Di PG X utilitas yang digunakan
adalah air,uap,listrik, dan udara.
- Air
Untuk memenuhi kebutuhan air proses
dan air minum perusahaan karyawan digunakan air yang diambil dari sungai.
Sebelum air digunakan sebagai air proses dan air minum, maka dilakukan
pengolahan air. Disini pengolahan air dilakukan secara fisis, dimana air
dilewatkan dalam bak-bak pengendapan. Bak pengandapan ini terbuat dari pasangan
batu bata, berbentuk persegi panjang dengan ukuran 25m x 12m. Perjalanan air
didalam bak melalui beberapa sekat, aga lumpur dan partikel-partikel lainnya
mengendap. Bak pengandapan ini dilengkapi dengan pompa untuk memasukan air ke
peti reasevoir air pengisi ketel dan tangki air kali. Tangki air kali ini
berfungsi untuk menampung air kali yang bersih, dimana air kali ini digunakan
sebagai isian ketel apabila air embun tidak mencukupi dan digunakan sebagai air
minum.
- Uap
Uap diperoleh dari ketel uap, untuk
memenuhi kebutuhan uap PG X menpunyai 9 buah ketel uap jenis pipa api. Ketel
pipa api ini termasuk ketel bertekanan rendah, dengan tekanan kerja 68 kg/cm2.
Uap digunakan untuk menajlankan mesin-mesin uap atau pesawat pengolahan dan
sebagian utnuk proses pengolahan gula.
Air dalam ketel uap dipanaskan
sampai mendidih, maka air akan menguap. Uap ditampung dalam dom uap, baru yang
dihasilkan dialirkan ke mesin-mesin atau pesawat pengolahan melalui pipa-pipa.
Pemanas yang digunakan adalah hasil pembakaran bahan bakar (ampas tebu) pada
dapur ketel. Ampas ini diumpankan kedalam dapur ketel melalui pintu pengumpan
dengan menggunakan tenaga orang.
- Listrik
Kebutuhan tenaga listrik diperoleh
dari genset yang digerakan oleh mesin disel maupun mesin uap. Lokasi genset
terbagi menjadi 2 yaitu:
- Genset dengan penggerak mula diesel, bertempat diluar pabrik.
- Genset dengan penggerak mula mesin uap, bertempat didalam pabrik.
Dalam masa giling pembangkit listrik
yang digunakan adalah yang digerakan dengan mesin uap dan dibantu dengan mesin
diesel. Pembangkit listrik yang digunakan diluar masa giling adalah mesin
diesel. Kebutuhan Tenaha listrik menggunakan 2 macam arus: AC dan DC. Adapun
arus AC diperoleh dari generator dengan penggerak mesin uap.
- Udara
Udara digunakan sebagi pembantu
pembuatan gas SO2 dalam dapur pembakaran belerang. Udara yang
digunakan dengan 0,5-0,6 kg/cm2.
Kesimpulan
Pada dasarnya proses pembuatan gula
di PG X adalah melalui 6 tahap yaitu:
- Stasiun penggilingan nira
- Stasiun pemurnian
- Stasiun penguapan
- Stasiun kristalisasi
- Stasiun pemisahan
- Stasiun penyelesaian.
Sedangkan Utilitas yang digunakan
ada 4 yaitu:
- Air\
- Uap
- Listrik
- Udara.
DAFTAR PUSTAKA
Halim K, Rapidoor Clarifier dalam
Industri Gula, LPP Yogyakarta, 1973
Hugot E, Hand Book of Cane Sugar
Engineering, Elsevier Publising Company, Amsterdam, 1960
Landdheer A, Pesawat Industri Gula’
diterjemahkan oleh Madukoro dan Soerjadi, LPP Yogyakarta, 1977
Raspati, Pengantar Kimia Organik II,
Aksara Baru Jakarta 1977
Soerjadi, Peranan Komponen Batang
Tebu dalam Pabrikasi Gula’ LPP Yogyakarta, 1977
Soenardi Djojopranoto R, Pesawat-
pesawat Industri Gula, LPP Yogyakarta, 1977
Soerjadi, Peralatan Pembuat Hampa,
LPP Yogyakarta, 1980
Jawaban:
PROSES
PEMBUATAN GULA DARI TEBU PADA PG X
- Resume:
Dilihat dari pengalaman yang dibuat
penulis dikatakan bahwa dalam pembuatan gula dibutuhkan beberapa tahapan dan
proses yang tidak sedikit, sehingga butiran gula bisa terbentuk dan dapat
digunakan oleh masyarakat umum. Dari gula tersebut masyarakar dapat membuat
berbagai makanan yang didalamnya mengandung gula.
- Analisis:
- Bagian Pendahuluan
Banyak masyarakat mengkonsumsi gula
tetapi banyak juga masyarakat yang tidak mengetahui bagaimana caranya
gula tersebut terbentuk. Maka dari pada itu penulis akan memberikan pengetahuan
bagaimana caranya membuat gula itu.
- Teori dan Kajian Pustaka
Masayarakat sering sekali membuat
makanan atau kue yang berbahan dasar gula. Disini penulis memberikan
pengalamannya tentang bahan-bahan dasar yang dapat dijadikan sumber dimana gula
dapat terbentuk. Penulis juga memberikan pengalamannya tentang unsure-unsur
yang terkandung didalam bahan pembuatan gula dalam hal ini yang menjadi
pokoknya adalah tebu.
c. Metode
penelitian
Disini penulis ingin memberitahukan
kepada pembaca bahwa dalam pembuatan penulisan ilmiah ini yang berjudul “
PROSES PEMBUATAN GULA DARI TEBU PADA PG X ” penulis menginginkan agar
para pembaca percaya bahwa penulis benar-benar dalam membuat penulisan ilmiah
ini penulis melakukannya dengan menggunakan berbagai penelitian sehinga hasil
yang diinginkan dapat tercapai.
- Hasil dan Pembahasan
Dalam pembuatan gula di PG X
dilakukan dengan beberapa kali proses diamana bahan dasar yaitu tebu digiling
dari tempat penggilingan I hingga ke penggilingan terakhir (IV). Sesudah itu
hasil dari penggilingan tersebut disaring dan diolah sedemikian rupa dengan
campuran-campuran didalamnya dan pemanasan yang berulang dari stasiun I
ke stasiun II begitu seterusnya hingga stasiun VI dan terbentuklah sebuah
kristal putih yang disebut dengan namanya gula.
- Kesimpulan
Penulis hanya memberi tahu bahwa
dalam pembuatan gula di PG X dilakukan dengan 6 tahap stasiun yang dilakukan
dan 4 unsur yang diperlukan dalam penyempurnaan pembuatan gula.
3. Koheransi
Dari penulisan ilmiah diatas
hubungan antara kalimat dan juga hubungan anatara setiap alinea sudah bagus
sehingga pembaca tidak dibuat bingung bila membaca penulisan tersebut karena
hubungan-hubungannya sangat terkait dan juga dalam memberikan keterangan setiap
proses dan tahap-tahapnya sudah jelas.
4. Kelebihan dan
Kekurangannya
v Kelebihan penulisan Ilmiah
diatas :
- Dalam penulisan ilmiah diatas sudah sangat jelas dari maksud dan tujuannya. Karena dari awal proses hingga menghasilkan gula penulis sudah menjelaskannya secara mendetail sehingga meskipun masih banyak kata-kata yang tidak mudah untuk dimengerti
- Kata-kata yang dipakai mudah dimengerti oleh para pembaca
v Kekurangan penulisan Ilmiah
diatas :
- Masih banyak kata-kata yang tidak lengkap seperti:
- sumerr (sumber)
- dismping (disamping)
- utnuk (untuk)
- larus (larut)
- deberi (diberi)
- banya (banyak)
- nia (nira)
- gla (gula)
- ebrkapsitas (berkapasitas)
- menggunakn (menggunakan)
- ebrfungsi (berfungsi)
- ekkentalan (kekentalan)
- emnghancurkan (menghancurkan)
- mmmm (mm/milimeter)
- kg/cm@ (kg/cm2)
- krena. (karena)
- sebanya (sebanyak)
- steusnya (seterusnya)
- peanas (panas)
- memeprcepat (mempercepat)
- ernih (jernih)
- ekmbali (kembali)
- mkristal (mengkristal)
- utnuk (untuk)
Sehingga arti dan maksudnya bisa
berubah dari apa yang dinginginkan
- Masih terdapatnya kata yang tidak diberikan arti dan maksudnya seperti :
- Utilitas ( unsure-unsur atau
kandungan-kandunganya)
- Blower (alat untuk
mngeluarkan udara seperti halnya kipas angin)
- Genset (pembangkit
listrik dengan bahan bakar minyak (ada yg bensin dan solar)
- Stasiun penggilingan
(tempat atau usaha menggiling,melumatkan, mengupas)
- Reaktor (sulfitator)
yaitu :tempat atau bejana yang berbentuk seperti kerucut)
Industri gula di indonesi
- PG Asembagus Situbondo Jawa Timur, (lokasi)
- PG Bandjaratma Brebes Jawa Tengah, (lokasi)
- PG Bone (Arasoe) Bone Sulawesi Selatan[1]
- PG Bantul, Kabupaten Bantul, Yogyakarta
- PG Camming Bone Sulawesi Selatan[1]
- PG Candi Sidoarjo Jawa Timur, (lokasi)
- PG Ceper Baru Klaten Jawa Tengah, (lokasi)
- PG Cepiring Kendal Jawa Tengah, (lokasi)
- PG Cinta Manis, Kabupaten Ogan Ilir, Sumatera Selatan, (lokasi sementara)
- PT Gunung Madu Plantations, Lampung Tengah, Lampung, (lokasi)
- PT Pemuka Sakti Manisindah, Way Kanan, Lampung
- PT Sugar Group Companies, Tulang Bawang, Lampung
- PG Colomadu Karanganyar Jawa Tengah, (lokasi)
- PG Cukir (Tjoekir) Cukir, Diwek, Jombang, Jawa Timur, (lokasi)
- PG De Maas, Besuki, Situbondo, Jawa Timur, (lokasi)
- PG Gempol Palimanan, (lokasi)
- PG Gempolkerep Mojokerto, Jawa Timur, (lokasi)
- PG Gending, Probolinggo, Jawa Timur, (lokasi)
- PG Gondang Baru, Jogonalan, Klaten, Jawa Tengah, (lokasi)
- PG Gondang Lipuro, Bambanglipuro, Kabupaten Bantul, Yogyakarta
- PG Jatibarang Brebes, Jawa Tengah, (lokasi)
- PG Jatiroto, Jatiroto, Lumajang, Kabupaten Lumajang, Jawa Timur
- PG Jatiwangi, Jatiwangi Kabupaten Majalengka, Jawa Barat, (lokasi)
- PG Jatitujuh Jatiwangi Kabupaten Majalengka, Jawa Barat, (lokasi)
- PG Jombang Baru Jombang, Jawa Timur, (lokasi)
- PG Kadhipaten, Kadipaten, Kabupaten Majalengka, Jawa Barat, (lokasi)
- PG Kalibagor Banyumas, Jawa Tengah, (lokasi)
- PG Kanigoro Madiun, Jawa Timur, (lokasi)
- PG Karangsuwung, Karangsuwung, Karangsembung, Cirebon, Jawa Barat, (lokasi)
- PG Kebon Agung, Malang, Jawa Timur, (lokasi), [1]
- PG Kedaton, Pleret, Kabupaten Bantul, Yogyakarta
- PG Kedawung, Pasuruan, Jawa Timur, (lokasi)
- PG Kersana
- PG Ketanggungan Barat/PG Tersana II, Brebes, Jawa Tengah, (lokasi)
- PG Krembung, Sidoarjo, Jawa Timur, (lokasi)
- PG Krian, Jawa Timur, (lokasi)
- PG Krebet Baru 1, Malang, Jawa Timur, (lokasi)
- PG Krebet Baru 2, Malang, Jawa Timur
- PG Lestari, Nganjuk Jawa Timur, (lokasi)
- PG Madukismo Bantul Yogyakarta, (lokasi)
- PG Merican Kediri Jawa Timur, (lokasi)
- PG Mojopanggung, Tulungagung, Jawa Timur, (lokasi)
- PG Mojo, Sragen, Jawa Tengah, (lokasi)
- PG Mojodikota
- PG Ngadirejo Kediri, Jawa Timur, (lokasi)
- PG Olean, Situbondo, Jawa Timur, (lokasi)
- PG Pandji, Situbondo, Jawa Timur, (lokasi)
- PG Pagottan, Madiun, Jawa Timur, (lokasi)
- PG Pajarakan, Probolinggo, Jawa Timur, (lokasi)
- PG Pakis Baru Pati Jawa Tengah, (lokasi)
- PG Pangka, Tegal Jawa Tengah, (lokasi), [2]
- PG Pesantren Baru, Pesantren, Kota Kediri, Jawa Timur, (lokasi)
- PG Prajekan, Bondowoso, (lokasi)
- PG Pundong, Pundong, Kabupaten Bantul, Yogyakarta
- PG Purwodadi (Poerwodadie), Magetan, Jawa Timur
- PG Purwokerto
- PG Rejo Agung, Madiun, Jawa Timur, (lokasi)
- PG Rejosari, Magetan, Jawa Timur
- PG Rendeng Kudus, Jawa Tengah, (lokasi)
- PG Semboro, Jember, Jawa Timur, (lokasi)
- PG Sindanglaut, Jawa Barat, (lokasi)
- PG Sragi, Pekalongan, Jawa Tengah, (lokasi)
- PG Subang Pasir Bungur Subang, Jawa Barat, (lokasi)
- PG Sudono (Soedhono), Madiun, Jawa Timur, (lokasi)
- PG Sugarindo Singaparna Jawa Barat, (lokasi)
- PG Sumberharjo
- PG Takalar, Takalar, Sulawesi Selatan, (lokasi)
- PG Tasikmadu Karanganyar Jawa Tengah, (lokasi), [3]
- PG Trangkil, Pati, Jawa Tengah, (lokasi)
- PG Tersana Baru, Cirebon, Jawa Barat, (lokasi)
- PG Tulangan, Sidoarjo, Jawa Timur, (lokasi)
- PG Watutulis, Jawa Timur, (lokasi)
- PG Wonolangan, Probolinggo, Jawa Timur, (lokasi)
- PG Wringinanom, Situbondo, Jawa Timur, (lokasi)
Jenis-jenis gula dan berbagai produk
terkait
Kata-kata yang dicetak miring dapat
ditemukan pengertiannya di bagian lain di daftar ini.
- Brix (derajat): suatu pengukuran yang digunakan untuk menentukan jumlah gula dalam sebuah larutan, berdasarkan pada pembiasan cahaya. Terutama digunakan dalam industri minuman ringan dan minuman buah.
- Dekstrosa : Istilah bahasa Inggris untuk glukosa.
- Fruktosa (padanan kata levulosa, gula buah): gula yang agak manis (1,7 kali lebih manis dari gula biasa) umumnya didapat dari buah-buahan dan madu.
- Galaktosa: suatu gula yang tidak umum dijumpai dalam makanan, kecuali sebagai bagian dari jenis gula yang lain, seperti laktosa (gula susu) dan raffinosa (gula dalam kacang-kacangan). Seringkali merupakan bagian dari komponen dinding sel tanaman.
- Glukosa (padanan kata dekstrosa): gula yang terdapat pada berbagai tanaman, juga dalam darah. Sumber energi yang utama bagi tubuh. Kurang manis dibandingkan sakarosa.
- Gula: umumnya digunakan sebagai padanan kata untuk sakarosa. Secara kimiawi gula identik dengan karbohidrat.
- Gula anggur : padanan kata dari glukosa.
- Gula Barbados : gula tebu yang berwarna coklat.
- Gula Barley : bukan termasuk gula, melainkan permen Amerika yang keras dan memiliki citarasa jeruk lemon, terbuat dari cairan barley dengan penambahan gula.
- Gula batu : tidak semanis gula granulasi biasa, gula batu diperoleh dari kristal bening berukuran besar berwarna putih atau kuning kecoklatan. Kristal bening dan putih dibuat dari larutan gula jenuh yang mengalami kristalisasi secara lambat. Gula batu putih memiliki rekahan-rekahan kecil yang memantulkan cahaya. Kristal berwarna kuning kecoklatan mengandung berbagai karamel. Gula ini kurang manis karena adanya air dalam kristal.
- Gula Bit : gula kristal putih (sakarosa) yang diperoleh dari tanaman bit.
- Gula bubuk : Gula granulasi (gula pasir) bubuk, juga dikenal sebagai gula ‘confectionary'. Gula ini didapat dari penghancuran secara mekanis sehingga tidak ada cristal-kristal yang tertinggal. Terkadang gula ini dicampur dengan sedikit pati atau bahan anti kempal untuk mencegah penggumpalan.
- Gula Castor : Gula castor atau caster adalah nama dari gula pasir yang sangat halus, terdapat di Britania. Dinamai demikian karena ukuran butirannya sangat kecil sehingga dapat ditaburkan dari wadah berlubang-lubang kecil. Karena kehalusannya, gula ini lebih cepat larut dibandingkan gula putih pada umumnya, dan oleh karenanya gula ini secara khusus bermanfaat dalam pembuatan ‘meringues' dan cairan dingin. Gula ini tidaklah sehalus gula bubuk yang dihaluskan secara mekanis (dan biasanya dicampur dengan sedikit pati untuk menghindari penggumpalan).
- Gula Coklat : gula yang ditambah dengan sedikit molase (tetes) untuk memberikan citarasa dan warna.
- Gula Dekorasi : lihat gula sdaning.
- Gula Gelatin (padanan kata gula gel, gula selai/ jam): campuran dari gula granulasi dan pektin. Digunakan dalam pembuatan selai dan ‘marmelade'.
- Gula Granulasi (Gula pasir) : Kristal-kristal gula berukuran kecil yang pada umumnya dijumpai dan digunakan di rumah (gula pasir).
- Gula inversi : Gula inversi dibuat dengan menggabungkan sirup gula dengan sedikit asam (seperti pada krim tartar atau jus lemon) dan pemanasan. Proses ini mengubah, atau memecah, sakarosa menjadi dua komponen, glukosa dan fruktosa, sehingga menurunkan ukuran kristal-kristal gula. Karena struktur kristalnya yang halus, gula inversi menghasilkan produk yang lebih halus dan digunakan dalam pembuatan berbagai jenis permen seperti fondant, dan berbagai sirup. Proses pembuatan jam dan selai secara otomatis menghasilkan gula inversi dengan menggabungkan asam alami dalam buah dengan gula granulasi dan memanaskan campuran tersebut.
- Gula Jagung: glukosa yang diperoleh dari jagung.
- Gula Jawa : gula yang mengalami pemurnian sebagian, berasal dari Indonesia. Terbuat dari tebu ataupun palm (kelapa).
- Gula kristal: gula bit atau tebu berbentuk granulasi seperti gula pada umumnya, lihat sakarosa. Dijual dalam bentuk gula butiran/pasir atau dicetak dalam bentuk gula kubus.
- Gula Malt: lihat maltosa.
- Gula meja: gula tebu atau gula bit butiran pada umumnya, lihat sakarosa.
- Gula Muscovado : gula coklat gelap.
- Gula mutiara (Pearl sugar) : lihat gula sdaning.
- Gula Palma (kelapa/ kurma) : gula yang didapatkan dari palma ataupun kurma.Terutama mengandung sakarosa.
- Gula sangat halus: suatu jenis gula di USA. Merupakan gula granulasi yang sangat halus, lihat gula Castor.
- Gula Sdaning: Gula Sdaning merupakan gula kasar atau gula dekorasi. Kristalnya berukuran 4 kali lipat lebih besar dari gula granulasi pada umumnya. Digunakan untuk menghias makanan-makanan yang dipanggang dengan oven .
- Gula Spun (Spun sugar) : gula lembut hasil dari pendidihan gula sehingga dapat dibentuk dan digunakan untuk dekorasi berbagai hidangan penutup. Pembuatan gula spun diawali dengan pemasakan gula, air dan krim tartar hingga menjadi keras tapi tetap mudah dibentuk. Kemudian dapat dibentuk seperti gumpalan helaian benang dengan menggunakan garpu pengocok dan dioleskan ke permukaan kue untuk dekorasi
- Gula susu: lihat laktosa.
- Gula Tebu : gula kristal putih (sakarosa) yang diperoleh dari tanaman tebu. Terkadang dijual dalam bentuk gula coklat (brown sugar) di Eropa.
- Gula Vanila : gula beraroma dan citarasa harum yang khas dibuat dengan cara memendam biji-biji vanilla dalam gula pasir; biasanya dengan takaran dua biji vanila untuk setiap satu pound gula. Campuran tersebut disimpan dalam wadah kedap udara selama sekitar satu minggu sebelum biji-biji vanila tadi dipisahkan kembali. Hasilnya berupa gula dengan rasa dan aroma yang harum yang dapat digunakan untuk bahan baku ataupun penghias ‘baked goods', buah dan hidangan penutup lainnya. Biji-biji vanila dapat digunakan kembali sampai dengan dengan 6 bulan. Gula Vanilla dapat juga dibuat dari ekstrak vanillin (vanili) murni. Citarasanya sama kuatnya dengan vanilla tetapi tetap dapat dibedakan. Gula ini dinamai gula-vanillin.
- Gur (padanan kata jaggery): gula yang mengalami pemurnia n sebagian, berasal dari India. Terbuat dari tebu ataupun palm (kelapa).
- HFCS : High Fruktose Corn Syrup (Gula Jagung Kaya Fruktosa). Suatu sirup yang didapatkan dari pati jagung. Mula-mula pati dipecah menjadi glukosa secara enzimatis, kemudian glukosa ini diubah lagi secara enzimatis menjadi fruktosa yang memiliki rasa lebih manis. Digunakan sebagai pemanis kadar tinggi.
- Icing (Icing sugar) : gula bubuk yang digunakan sebagai krim gula (gula pelapis) pada cake.
- Jaggery (padanan kata gur): gula yang mengalami pemurnian sebagian, berasal dari India. Terbuat dari tebu ataupun palm (kelapa).
- Karamel : berbagai produk yang diperoleh dari hasil pemanasan gula. Senyawa-senyawa ini berwarna coklat hingga hitam dan menghasilkan aroma khas. Digunakan sebagai pewarna makanan dan aroma rasa.
- Laktosa: gula yang terdapat pada susu, suatu kombinasi dari galaktosa dan glukosa.
- Levulosa : padanan kata untuk fruktosa
- Madu : merupakan larutan 80% gula dalam air. Gula utama yang ada dalam madu adalah fruktosa, glukosa dan sakarosa.
- Maltosa (padanan kata gula malt) : gula yang terdapat pada malt dan bir.
- Sirup Mapel : sirup yang didapatkan dari pohon mapel yang terdapat di America Utara. Sirup ini merupakan larutan 70% sakarosa dan glukosa dalam air. Penyusun utamanya adalah sakarosa.
- Melis : jenis gula meja pada umumnya, yang agak halus. Dari kawasan Skandinavia.
- Molase : Produk samping dari pembuatan gula, berwarna coklat. Terutama tersusun dari berbagai karamel dan mineral. Dipakai dalam pembuatan gula coklat (brown sugar).
- Oligosakarida : karbohidrat rantai pendek yang didapatkan dari polisakarida berukuran besar atau dengan proses enzimatis. Banyak terdapat dalam tanaman (kacang-kacangan, bawang) atau susu. Rasanya tidak manis atau sedikit manis. Digunakan sebagai prebiotik, bukan untuk pemanis produk.
- Panela: lihat piloncillo
- Panocha: lihat piloncillo
- Pemanis: senyawa pemanis bukan karbohidrat. Kebanyakan merupakan pemanis buatan tetapi beberapa di antaranya adalah pemanis alami. Tingkat kemanisan pemanis berkisar dari 0,8 kali manisnya gula (seperti misalnya sorbitol) hingga 2000 kali (protein thaumatin).
- Piloncillo (padanan kata panela, panocha): gula tebu dari Mexico yang mengalami pemurnian sebagian. Gula ini dicetak dalam bentuk kerucut; namanya berarti menara kerucut kecil .
- Sakarosa (padanan kata sukrosa, gula meja, gula kristal): nama kimia resmi dari jenis utama gula dan gula ini terutama digunakan dalam berbagai produk maupun di rumah tangga.
- Sirup : suatu larutan yang sangat kental berupa gula dalam air. Kandungan gula berkisar 50-80%.
- Sukrosa : Istilah bahasa Inggris untuk sakarosa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar